We travel, We learn, We sketch: September 2018

Sabtu, 01 September 2018

Saksi Bisu Kekejaman Bom Atom dan Gerbang Pemisah Dua Dunia

      Hiroshima, merupakan nama yang kurang populer untuk dikunjungi di Jepang bagi masyarakat Indonesia. Namun, sebagai pecinta sejarah, kota ini sangat saya sarankan karena kita  bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kota yang hanya kita dengar dan lihat dari guru dan buku semasa sekolah. Disini terdapat bangunan memorial A-Dome yang menjadi saksi bisu sejarah akhir perang dunia kedua dan merupakan satu-satunya bangunan yang sengaja tidak dirubah bentuknya untuk pengingat dampak mengerikan bom atom dan kedamaian di masa depan.


       Selain itu, kita juga bisa bertanya pada survivor (penyintas) bom atom, yang meski ketika tragedi terjadi dia masih berada dalam kandungan 5 bulan, namun dia memiliki foto dan cerita kehidupan kedua orang tuanya yang selamat dari tragedi ini. Tak perlu banyak bertanya, foto-foto tersebut saya rasa sudah bercerita banyak tentang dampak buruk penggunaan bom atom pada sesama manusia ini. Bom atom, memang solusi tercepat untuk mengakhiri perang dan menghasilkan kedamaian baru, namun sebagai generasi yang sudah hidup di zaman damai tentu mempertahankannya adalah solusi terbaik. F*CK WAR!  LET’S TRAVEL !
      Tidak jauh dari Hiroshima, terdapat bangunan yang sering ditautkan ketika mendengar kata Jepang yakni Torii. Torii adalah bangunan serupa pintu gerbang kuil yang berfungsi sebagai pembatas antara dua dunia, kawasan suci Kamii (sesembahan penganut kepercayaan Shinto) dengan kawasan tempat tinggal manusia. Torii ini sendiri terdapat di banyak tempat di Jepang. Selain di Fushimi Inari, Kyoto; Torii lainnya yang menjadi landmark adalah di Pulau Miyajima yang berada di seberang Kota Hiroshima. Keunikan torii ini, adalah kenampakan yang seolah mengapung jika sedang pasang, sehingga memberikan kesan keramat dan memang benar adanya seperti gerbang pembatas untuk dua dunia.





      Yang menarik di pulau ini menurut saya adalah keasrian pulau yang bisa dipertahankan sedemikian rupa sehingga terkesan masih tradisional. Bangunan-bangunan didesain berasitektur khas desa Jepang. Meski ada penduduk penghuninya yang sebagian besar berusaha di bidang wisata, seperti penginapan, tempat makan, jasa foto, namun pulau ini mayoritas dihuni oleh rusa liar yang turun dari bukit yang tertarik dengan aroma makanan yang dibawa manusia yang sedang berkunjung. Dan ada larangan untuk kita memberikan makanan langsung ke mereka, karena ada kekhawatiran pemerintah bahwa hal itu akan berakibat buruk bagi mereka, meskipun rusa-rusa tersebut akan selalu mengikuti aroma makanan yang kita bawa dengan jinak dan lucunya.

Aturan untuk pengunjung terkait rusa liar

      Bagaimana cara termurah kemari? Pertama kita harus pergi ke Hiroshima. Dari halte tram di depan bangunan memorial A-Dome kita bisa mengambil tram untuk pergi ke pelabuhan kapal ferry ke pulau tersebut. Untuk biaya transportasi pp per orang, tramnya seharga 560 JPY dan ferrynya 360 JPY.

Setelah ferry bersandar, beberapa awak kabin akan berkumpul di seberang membungkuk dan memberi hormat pada penumpang karena telah menggunakan jasa mereka