We travel, We learn, We sketch: September 2014

Kamis, 25 September 2014

Mengunjungi Kota yang pernah Dipimpin Bapaknya Chairil Anwar

Rengat, mungkin tak banyak yang tahu nama kota ini. Sebenarnya aku pun tahu nama kota ini karena secara tak sengaja tinggal di daerah yang beribukota kabupaten di kota ini. Sebagai warga negara baik yang mencoba untuk mencintai negeri yang terlalu banyak berita buruk ini, maka tak ada salahnya untuk lebih mengenal lingkungan tempat kita tinggal, rakyat, serta sejarahnya. Harapannya akan timbul lagi rasa cinta terhadap negeri ini :).

Menurut sejarahnya, kota ini didirikan oleh Raja Kesultanan Indragiri, Sultan Ibrahim. Beliau merupakan keturunan dari Sultan Malaka. Pada masa itu Sultan sering mengangkat raja kecil dari keturunan maupun keluarganya sendiri di beberapa daerah yang dekat dengan pusat pemerintahannya untuk memperkuat kekuasaannya, salah satunya di kota ini yang berada di pinggir Sungai Indragiri yang bermuara di Selat Malaka.

Ada sebuah danau yang terkenal dengan sebutan Danau Raja di kota ini. Dikatakan beliau mendirikan istana di pinggir danau ini. Namun peninggalan asli istana kini sudah tidak ada, sehingga digantikan oleh replika yang dibuat oleh pemerintah tepat di pinggir danau ini juga. 

Selain di Kota Rengat, peninggalan kerajaan Indragiri banyak ditemukan di daerah sekitarnya, di beberapa tempat tersebut sering ditemukan patung singa yang sedang duduk siaga, hal ini kemungkinan ada kaitannya dengan gelar Narasinga pada beberapa Raja Indragiri. 


Ada pula Rumah Tinggi, bangunan megah lawas, terbuat dari kayu, dengan arsitektur dan ornamen khas Melayu yang menarik perhatianku. Rupanya bangunan ini dulunya merupakan rumah Menteri Kerajaan di masa Kesultanan Indragiri. Kini beberapa peninggalan seperti meriam, senapan serta foto dan gambar bangsawan terdahulu dimusiumkan di bangunan ini.




Dan jangan lupa, Ayahanda dari Chairil Anwar pernah menjabat sebagai Bupati di Kota Kabupaten ini lho...meskipun pujangga besar Indonesia tersebut bukan dilahirkan di kota ini. Beliau juga gugur di kota ini karena berjuang mempertahankan kota dari serangan Agresi Militer Belanda pada tahun 1949 bersama dengan Tentara Republik Indonesia serta rakyat Indragiri.

Meskipun banyak peninggalan yang bersejarah di kota ini, terkesan lingkungan sekitar maupun isi di dalam bangunan-bangunan bersejarah tersebut kurang ada perawatan. Sangat mengkhawatirkan memang jika nanti generasi penerus jangankan memiliki kecintaan terhadap negeri, kemungkinan bangunan dan peninggalan nenek moyang mereka sendiri dianggap onggokan tak berarti. 

Kamis, 18 September 2014

30 Menit di Kampung Manusia Purba

KOTA SOLO...Kulihat jam digital di ponsel, masih ada 2 jam lagi untuk bertemu teman semasa sekolah sesuai dengan waktu yang kami sepakati sebelum aku meninggalkan Pulau Jawa. Lampu merah yang ada di depan mengisyaratkan untuk menghentikan tungganganku sejenak, dan kulihat ada marka penunjuk arah ke sebelah utara yang menunjukkan arah Museum Sangiran. Tiba-tiba langsung saja tercetus ide untuk menyambanginya. Selama aku masih tinggal di Jawa, sebenarnya aku sering melihat marka tersebut dan mendengar tentang namanya, hanya saja belum pernah aku mengunjunginya, tidak menjadi prioritas dalam impian destinasi, tempat yang dekat dengan rumah pasti bisa kesana kapan saja pikirku. Sebagian besar orang sering berfikir demikian juga, Namun justru hal tersebut yang menyebabkan banyak orang sering tidak mengenal lingkungan terdekat mereka.

20 menit dari kota Solo ke utara sampailah aku di kampung manusia purba yang ditemukan oleh paleontolog di jaman kolonial dulu. Di masa tersebut, paleontolog Eropa berlomba-lomba untuk menemukan awal mula nenek moyang manusia, mereka pergi ke seluruh penjuru dunia, saling mengemukakan teori dan hipotesis mereka tentang fosil maupun peninggalan yang mereka temukan, baik itu morfologi, cara hidup, perkembangan, sampai kepunahannya. Tahun 30-an  tersiarlah kabar ke seluruh dunia, Ditemukan Manusia Purba dari Jawa!! Pithecantropus Erectus.  

Sangiran merupakan situs yang terlengkap di Asia karena bisa ditemukan beberapa fosil manusia purba berbeda dari masing-masing jaman yang berbeda pula.  Karena kontribusi terhadap dunia arkeologi, antropologi, geologi dan ilmu pengetahuan yang begitu besar, UNESCO menetapkan Sangiran sebagai Warisan Kebudayaan Dunia kemudian dibangunlah Museum Manusia Purbakala.Terdapat 2 ruangan yang memamerkan koleksi berupa fosil manusia purba, hewan purba, batuan, artefak, serta diorama yang menggambarkan bagaimana kondisi awal bumi, sampai cara hidup manusia purba. Melihat fosil-fosil ini seperti mengingatkan impian masa kecilku yang bercita-cita ingin menjadi “penemu dinosaurus”, fosil, dan semacamnya...Sebenarnya ingin aku berlama-lama di tempat ini, namun aku sedikit terlambat sampai kesini...pintu ruang pameran sudah akan ditutup...jadi terpaksa kuambil semacam “quick tour”, cukup 30 menit yang penting bisa melihat koleksi semuanya. Kuharap lain kali bisa mengunjungi museum ini lagi dan berlama-lama menjelajahinya.