We travel, We learn, We sketch: Menyepi di Lembah Harau

Sabtu, 12 April 2014

Menyepi di Lembah Harau



Setelah menempuh perjalanan 400an km dengan sepeda motor kesayangan dalam rangka menyepi di Hari Libur Nyepi sampailah Aku di tempat sepi ini. LEMBAH HARAU demikian tempat ini disebut, konon, tempat ini telah sering dikunjungi sejak tahun 1920-an berdasarkan adanya monumen di salah satu air terjun yang terdapat disana. Di dalam kepalaku telah tergambar imajinasi yang menarik mengenai air terjun-air terjun yang banyak terdapat di lembah yang terdapat di Payakumbuh, Sumatera Barat ini. Kutelusuri jalan-jalan di Lembah ini untuk mengunjungi air terjun tersebut satu per satu. 

Daaan... memang terkadang kenyataan tidak seindah imajinasi, air terjun yang di dalam pikiranku begitu asri, sepi, yang menurutku akan membutuhkan pengorbanan untuk mencapainya ternyata adalah air terjun di pinggir jalan dengan keramaian wisatawan dan penjual makanan. Keramaian wisatawan keluarga khas indonesia, rombongan riuh anak-anak bermain air di bawah air terjun yang menjadi coklat, ayah dan ibu mereka duduk sambil melihat mereka di tikar yang disewakan penjual makanan cepat saji setempat (mie instan, dll).  Bukannya aku membenci keramaian dan penjual setempat, menurutku adanya obyek seperti air terjun ‘HARUS’ meningkatkan perekonomian warga setempat, tetapi tentunya ada metode lain sehingga obyek wisata ini tidak hilang keasriannya oleh keberadaan wisatawan serta penjual setempat yang menjadikan tempat ini sebagai mata pencaharian utama mereka. Salah satu contoh baik yang bisa kita tiru adalah, SOUTHERN RIDGE PARK, bagaimana Singapura mengelola dengan baik lahan hijau mereka yang terhitung jumlahnya lebih sedikit dibanding negeri kita. Menurutku untuk membuat tempat wisata ini lebih baik lagi, bisa dibuat dibuat trail (jalan kecil buatan) menuju tempat-tempat dari bawah ke atas tebing-tebing, kemudian di beberapa tempat dapat dibuat suatu bangunan bertema atau monumental untuk beristirahat sejenak, kemudian ke bawah lagi menyusuri air terjun-air terjun di bawahnya. Penjual lokal tetap bisa berjualan namun tentunya di tempat yang sudah ditetapkan, tidak secara liar. OK, cukup untuk pendapatku tentang bagaimana tempat ini dikelola seharusnya.

Tidak lama disana, aku pun kembali ke penginapan. Aku duduk di beranda penginapan sambil melihat sekelilingku, aku dikelilingi oleh tebing-tebing granit yang konon lagi berusia 40 juta tahun merah marun, coklat oker, putih, sedikit hitam, hanya melihat warna-warna tersebut sudah  membuatku bersyukur karena aku masih hidup untuk menyaksikan semua ini.  Sambil bersantai, terdengar suara menggema beberapa wisatawan yang bergiliran berteriak menjajal keunikan di salah satu tempat di Lembah ini yang mampu menggemakan suara.

Penginapan tempat Aku tinggal yang dikelilingi Tebing Lembah Harau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar