We travel, We learn, We sketch: Ternyata Riau Punya Pantai, Berpasir Unik Bahkan!

Kamis, 03 Juli 2014

Ternyata Riau Punya Pantai, Berpasir Unik Bahkan!


Berawal dari rasa penasaran apakah ada pantai yang bisa dinikmati di provinsi Riau, aku mencoba mencari-cari sampai akhirnya menemukan info tentang pantai yang disebut Pantai Solop. Dikatakan bahwa pantai ini terletak di Kabupaten Indragiri Hilir, bagian selatan dari Provinsi Riau. Seketika aku langsung tertarik untuk melihat penampakan sebenarnya dari pantai tersebut, mengingat letaknya juga yang dekat dengan tempat tinggalku di Riau. 

Sampailah kami berempat di Tembilahan, Kota Kabupaten Indragiri Hilir, setelah bertanya-tanya pada warga sekitar, aku mengetahui bahwa untuk menuju pantai tersebut kita perlu menyeberang ke Pulau Cawan terlebih dahulu dari pelabuhan rakyat yang ada tepat di belakang tradisional kota ini.
Aroma khas pasar tradisional mulai tercium, amis, busuk di keramaian pelabuhan ini. Antrian warga yang akan menggunakan jasa pelayaran rakyat mulai terlihat, kebanyakan dari mereka adalah warga di pulau-pulau kecil di sekitar Indragiri Hilir yang sedang belanja mingguan untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Tiap hari terdapat jadwal keberangkatan dimulai dari pagi sampai jam 4 sore, yang tentunya hanya terbatas sehingga penumpang pun rela berdesak-desakan baik dengan penumpang lainnya maupun hewan dan barang-barang belanjaan mereka, tidak hanya di tengah, tapi bahkan juga di atas atap perahu motor ini. Sepanjang perjalanan kami bercakap-cakap dengan penumpang, mulai dari harga bensin yang bisa mencapai Rp 20 ribu di pulau-pulau kecil sekitar sampai tujuan perjalanan kami. Mereka menganggap aneh ketika kami mengatakan bahwa kami berencana berlibur di Pantai Solop di luar hari libur Lebaran.  ANEH? YA mereka menganggap seperti itu, terlihat dari raut wajah mereka.


Melewati hutan-hutan nipah sepanjang muara, laut yang berwarna kecoklatan, dan celah-celah perairan di antara beberapa pulau kecil, nampaklah pulau yang dikelilingi mangrove ini, Pulau Cawan begitu pulau ini disebut. Hanya rombongan kami yang turun di pulau ini, nakhkoda mengatakan mereka berhenti ke pulau ini hanya jika ada pesanan sebelumnya. 

Pemandangan Rumah-Rumah Warga di Pulau Cawan

 Kami mulai berjalan mencari pantai yang dikatakan tidak jauh dari pelabuhan pulau ini. Tak jauh dari sana terlihat plang sambutan “selamat datang di kawasan wisata Pantai Solop”. Untuk menuju ke pantai kita melewati jalan panggung kayu yang di sebelahnya terdapat beberapa rumah kayu warga dan juga pepohonan mangrove. Jalan kemudian menyambung dengan jalan buatan dari semen dan bata. Menurutku, pantai ini seperti ditinggalkan dan tidak terawat terlihat dari bangunan toko, pondok, jalan buatan yang mulai hancur dan ditumbuhi tumbuhan liar. Tapi terlepas dari  semua itu, pantai ini memiliki keunikan tersendiri, pasir pantai ini berwarna putih, kecoklatan. Warna putihnya berasal dari sersah hewan laut (kerang, siput) bukannya dari bebatuan atau kerikil seperti pasir putih pada umumnya, sedangkan warna coklatnya berasal dari sersah tumbuhan di sekitar. Sebenarnya kami penasaran untuk mengelilingi pulau ini dengan mengitari garis pantainya, namun apa daya semakin menjauhi kawasan wisata sudah bukan pasir lagi yang kami jejak melainkan lumpur setinggi lutut dan rapatnya hutan. Terlihat babi hutan melompat secepat-cepatnya masuk ke hutan begitu mengetahui keberadaan kami. Ketiga kawanku agak kecewa dengan perjalanan ini karena tak sesuai dengan yang mereka harapkan, sehingga kami berencana untuk secepatnya meninggalkan tempat ini. 


Jam menunjukkan pukul 2 ketika kami sampai di pelabuhan tempat kami sampai di pulau ini. Kami bertanya ke warga sekitar tentang perahu yang bisa mengantarkan kami balik Riau daratan. Mereka semua agak ragu karena perahu jarang kemari jika tidak ada pesanan. Sehingga aku memutuskan untuk menghubungi agen tiket perahu yang mengantar kami kesini. Dia mengatakan agar kami  tenang saja,  karena dia sudah menghubungi kapal terakhir yang akan membawa kami kembali. Sejam berlalu, kami bercengkerama dengan Amir, penduduk sekitar yang mengatakan bahwa di pulau ini mereka terdiri dari 20-an KK dan semuanya menggantungkan hidup dari laut sekitar. Karena cuaca sedang tidak baik, maka banyak dari mereka yang hanya beraktivitas duduk-duduk di depan rumah, ingin hiburan elektronik pun, mereka mengatakan listrik diesel hanya menyala di malam hari. 

Jam menunjukkan pukul setengah 4, kami mulai cemas dan kuhubungi 2 kali lagi agen tiket,  namun jawaban yang kuterima tetap sama, kami akan dijemput dengan perahu terakhir yang ada gambar bintang di moncong perahunya. Kawan perempuanku langsung mengatakan bahwa dia tidak bisa membayangkan jika dirinya tinggal di pulau ini bahkan untuk semalam saja.

Tiduran di Atas Jala Nelayan, Jenuh Menunggu yang Tak Kunjung Datang

Tiba-tiba perahu motor dengan gambar bintang kuning nampak dari kejauhan, kami berlari mendekati dan berteriak sekencang-kencangnya. Namun perahu tersebut melewati kami begitu saja, harapan kami untuk pulang pupus sudah. Kemudian Amir dan beberapa tetangganya langsung membuka baju dan melambaikannya. Kamipun mengikuti saran dan gerakan pria ini.  AJAIB!!, perahu kembali putar balik mendekati pelabuhan...FUUH.....seketika kebahagiaan tak terperi yang kami rasakan saat itu.
 

2 komentar:

  1. haii! ini adalah kunjungan balik dari journalkinchan.blogspot.com. terima kasih sudah mampir ya :)

    saya belum pernah menginjakkan kaki di Riau. Semoga suatu saat diberi kesempatan >.< Anyway, itu sketsanya bikinan sendiri? Keren! Gaya baru nih dalam dokumentasi traveling, jadi ga melulu foto ya :) tetap semangat jalan-jalan :)

    BalasHapus
  2. haiii terimakasih juga mbak Kinchan atas kunjungan baliknya!!

    Ya bikinan sendiri dan selalu live sketch ... Semoga bisa menginjakkan kaki di Riau dan jangan lupa untuk mengabari saya jika Mbak sedang di Riau ... Salam ;)

    BalasHapus