We travel, We learn, We sketch: Candles on the Top of 'Parapat' Cake

Rabu, 18 September 2013

Candles on the Top of 'Parapat' Cake

Dinginnya udara Parapat membangunkanku , kulihat ponsel ku masih menunjukkan jam 3 pagi. Aku mencoba untuk tetap sibuk mengerjakan sesuatu di dalam ruangan ini, karena mencoba untuk tidur kembali pun percuma. Kudengar mulai ada suara beberapa orang di luar, kubuka pintu..OWW ternyata suara orang yang mulai menggelar dagangannya. Jika pagi, halaman lebar di depan losmen ini merupakan tempat jual beli dengan suasana seperti banyak pasar tradisional di Indonesia. 

Sambil menunggu 2 kawan perjalanan dari Kanada dan Inggris yang baru kukenal semalam bangun, aku naik turun losmen, melihat-lihat sekitar, memotret, mencoba lagi untuk tetap sibuk. Sampai aku kembali duduk di sofa ‘buluk ‘di sudut beranda yang semalam kami gunakan untuk bercerita ‘ngalor ngidul’, dari soal perjalanan, keluarga, sampai agama. 



 Parapat adalah desa terakhir sebelum menyeberang ke (Pulau ) Samosir. Memandang dari sofa ini, Parapat nampak seperti roti tart, dengan kumpulan rumah penduduk ala kampung yang kurang lebih seragam seperti roti dasaran-nya, dengan bangunan hotel yang mencolok seperti ‘hiasan dan lilin’ bagi roti di bawahnya-nya :) .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar