We travel, We learn, We sketch: The Beginning of Sumut & Aceh's Journey (Tjong A Fie)

Rabu, 18 September 2013

The Beginning of Sumut & Aceh's Journey (Tjong A Fie)


Memiliki status sebagai karyawan swasta dengan keterbatasan hari libur dalam setahun,  membuat waktu liburan terasa begitu sangat berharga. Sehingga begitu mengetahui ada hari libur, menjelang Hari Raya Lebaran, tentu aku berpikir bahwa waktu ini tidak boleh kusia-siakan.  8 hari perjalanan, kumulai dari Pekanbaru-Medan dengan jalur udara, sedangkan sisanya kulakukan dengan perjalanan darat.

Menginjakkan kaki pertama kali di kota Medan, di daerah Kesawan, mengingatkanku akan beberapa daerah di kota-kota besar Indonesia (Kotatua Jakarta, Kota Lama Semarang, sekitar Jembatan Merah Surabaya). Bangunan-bangunan megah kolonial yang berdiri di sepanjang jalan, menandakan fungsinya yang begitu penting di masa lalu. Namun kini,  sebagian besar bangunan terlihat, lusuh, tak terawat.


Bangunan yang masih terawat disana, salah satunya adalah Mansion Tjong A Fie yang  merupakan tempat tinggal Tjong A Fie, pengusaha sukses di abad 19, sekaligus filantropis, yang memulai usahanya dari seorang perantau yang tidak kaya, sampai bisa menjalin hubungan dengan keluarga besar Sultan Deli, bahkan penguasa kolonial Belanda. Bangunan yang dibangun pada tahun 1860 ini memiliki perpaduan antara gaya Tionghoa dan juga Eropa.

Bagian menarik dari rumah ini menurutku adalah bagian tengah dari bangunan ini yang dibiarkan tanpa atap, mengingatkan saya pada film-film kungfu mandarin yang gemar sekali saya lihat ketika saya masih SD, dikatakan hal ini dipercayai agar rezeki/ energi baik/ chi bisa terkumpul di dalam rumah.

Selain itu, tempat pemujaan terhadap dewi Kwan Im dan leluhur juga terdapat di dalam bangunan ini yang menandakan bahwa pemiliknya memiliki kepercayaan Kong Hu Cu yang kala itu dianut oleh mayoritas orang Tiongkok. Sedangkan, perkakas rumah tangga yang ada di dalam mansion ini banyak yang diimpor dari Eropa, seperti ranjang tidur dari Tjong A Fie yang berasal dari Yunani, meja tamu dari pualam, kemudian beberapa rak buku yang didalamnya memuat koleksi novel klasik eropa anaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar